Hidup
ini adalah kesempatan...Jangan sia-sia kan apa yang Tuhan beri...Hidup ini
harus jadi berkat..
Sepenggal lagu rohani yang sekiranya mampu
menginspirasi apa yang bisa kita perbuat selagi masih ada kesempatan. Bahwa
hakikat nya hidup adalah kesempatan kita untuk saling berbagi. Memberikan
kesempatan dan berbagi pada sesama adalah hal mulia yang sebisa mungkin kita lakukan. Terlebih bagi seorang pendidik
dan pengajar di madrasah.
Banyak hal yang dapat kita pelajari dari para
pejuang inklusi di lingkup Kemenag Kab. Sukabumi. Meski mereka bukan terlahir
sebagai guru yang menangani anak-anak dengan kebutuhan khusus (ABK), semangat
mereka dalam menimba ilmu perlu kiranya untuk di teladani.
Berbicara tentang ABK awalnya selalu terbayang anak-anak dengan
kondisi tubuh yang sedari lahir atau karena suatu kondisi tertentu mengalami
ketidaksempurnaan. Sehingga mereka hidup dalam keterbatasan. Yang sering kita
menganggapnya dengan istilah anak normal dan tak normal. Padahal parameter
normal dan tak normal itu sendiri adalah abstrak. Apakah kita juga normal?
Apakah batas tingkat kenormalan itu? Apakah karena mengangap diri kita mampu
berbicara, melihat dan sebagainya?...tidak….tak ada parameter yang jelas yang
mengklasifikasikan tingkat kenormalan itu sendiri.
Ternyata semua itu salah besar. ABK adalah semua anak, tanpa
terkecuali yang butuh pemdampingan atau pendidikan secara khusus. ABK terbagi
menjadi dua kelompok, ada ABK permanen (kerena terlahir dengan kondisi
tertentu, anak dengan kelainan fisik tertentu), yang sering kita sebut juga
dengan penyandang disabilitas atau ABK temporer (mereka menjadi ABK karena
kondisi tertentu, misalnya anak-anak korban bencana alam, sakit, anak-anak
korban perceraian orang tua dll).
Pada dasarnya semua anak terlahir hebat. Ibarat kertas putih kosong,
tergantung akan seperti apa orang tua nya akan menuliskan rona hidupnya dan
mewarnai perjalanan hidup mereka. Namun tidak semua anak terlahir dengan nasib
yang baik. Bahkan sering kita temui ABK terlahir dari keluarga yang secara
ekonomi kurang mampu, hingga pendidikan yang seharusnya mereka dapatkan
layaknya anak-anak yang lain tak dapat mereka nikmati. Tapi…tak jarang juga
kita temui anak ABK terlahir dari keluarga yang cukup mapan. Namun keberadaan
mereka masih dianggap sebuah aib yang memalukan, hingga jarang dari mereka yang
mendapatkan pendidikan yang seharusnya.
Berbicara tentang pendidikan, anak-anak ABK baik yang permanen maupun
temporer berhak untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang baik. Terlepas
dari seperti apa kondisi mereka. Tidak perlu adanya pemisahan terhadap gaya dan
pola belajar diantara anak ABK dan non ABK.
Sekolah inklusi adalah suatu upaya untuk menjembatani adanya keberagaman
ini. Sekolah inklusi adalah salah satu upaya yang dapat kita lakukan untuk
memberikan kesempatan dan pelayanan terbaik untuk anak-anak ABK. Sepintas
mungkin masih terdengar awam ditelinga, terutama bagi yang tinggal dipelosok.
Sekolah insklusi hadir sebagai upaya bagaimana belajar cara hidup dengan
perbedaan, belajar dari perbedaan dan belajar dengan perbedaan.
Memberikan kesempatan dan peluang yang sama terhadap anak ABK adalah
hal wajib yang perlu kita laksanakan, agar mereka juga mampu mandiri dan
berdikari layaknya anak-anak non ABK. Sudah banyak anak ABK yang mendapatkan
pendidikan yang layak hingga pada akhirnya mereka mampu menatap masa depan
mereka dengan cerah. Sudah banyak diluar sana, anak-anak ABK yang berhasil
dalam pendidikannya. Mereka mampu menjadi seperti apa yang mereka cita-citakan.
Bahwa semua anak terlahir hebat…semua anak adalah permata yang sangat berharga,
seperti apapun kondisi mereka.
Berbicara tentang pendidikan inklusi, adalah berbicara tentang
keadilan. Yang tidak perlu memarjinalkan anak ABK permanen maupun temporer.
Pendidikan inklusi adalah sebuah proses yang mulia. Tidak bisa hanya dilihat
dari segi keunggulan akademis semata. Sekolah insklusi bertujuan untuk mengoptimalkan kemampuan apa
yang ada pada anak ABK. Inklusi adalah belajar mengakui adanya perbedaan dan
mengakomodir perbedaan itu. Bukankah pada dasarnya kita memang terlahir dengan
segala perbedaan….perebedaan suku, agama, ras, dan sebagainya. Termasuk kehadiran
anak ABK adalah bagian dari keberagaman itu sendiri.
Semua anak terlahir dengan fitrahnya
masing-masing. Semua anak terlahir hebat. Namun seringkali ketidaktahuan
kitalah, yang justru mengkerdilkan kehadiran mereka selaku generasi penerus
negeri ini. Di pundak mereka lah, nasib kita kelak akan bergantung.
Keberadaan anak-anak istimewa di madrasah umum
merupakan satu tantangan tersendiri yang perlu kita hadapi. Semua anak berhak
mendapatkan layanan pendidikan yang sama, tanpa terkecuali. Sepak terjang dan
kiprah madrasah-madrasah di bawah naungan Kemenag Kab. Sukabumi selama dua
tahun terakhir ini perlu kiranya adanya dukungan dan apresiasi yang
setinggi-tinggi nya dari semua pihak.
Dukungan pihak-pihak lain seperti SLBN
Handayani yang beralamat di Karang Tengah Cibadak Sukabumi, Yayasan Lentera
Rainbow, dan LPT Grahita Indonesia yang selama ini setia mengawal progres PI di
Kab. Sukabumi tentu adalah aset yang tak ternilai harganya. Ketiga lembaga
tersebut selama ini menjadi pusat belajar bagi segenap GPK yang berada di bawah
naungan Kemenag Kab. Sukabumi.
Dan tentu nya, semangat daya juang para
penggiat PI di madrasah yang terhimpun dalam GPK Pokja PI Kemenag Kab. Sukabumi
adalah ujung tombak dari semua proses yang ada. Secara kompetensi, mereka memang
masih harus banyak belajar. Sambil menyelami segala materi yang memang masih
perlu dicerna, tindakan nyata lah yang menjadi skala prioritas terlebih dahulu.
Uluran tangan dari para GPK di wilayah kerja masing-masing adalah skala
prioritas dalam menangani para peserta didik di madrasah. Namun satu hal yang
patut kita acungi jempol, semangat kasih dan sayang mereka dalam membimbing
anak-anak dengan kebutuhan khusus di madrasah adalah hal yang luar biasa.
Terlepas dari keterbatasan sarana dan
prasarana dalam menunjang pelaksanan layanan pendidikan bagi peserta didik
berkebutuhan khusus, semangat dan etos kerja dari para GPK tak perlu lagi
disangsikan keberadaan nya. Bahkan jauh sebelum gaung PI di dengungkan awal
2017 yang lalu, tindakan nyata para guru madrasah dalam penanganan peserta
didik dengan kebutuhan khusus sudah tak perlu diragukan lagi. Tindakan nyata di
lapangan jauh lebih dibutuhkan saat ini, dibandingkan hanya sekedar retorika
belaka.
Meminjam kalimat bijak dari Mahatma Gandhi,
pada hakikatnya kebahagiaan adalah bukan dari seberapa banyak yang dapat kita
peroleh, namun seberapa banyak hal yang dapat kita beri. Sungguh sebuah
pengabdian yang luhur atas segala dharma bakti para pengikut barisan Oemar
Bakrie ini.
Semangat terus para pejuang PI. Semoga segala
ikhtiar yang tengah dilakukan hari ini betul-betul dapat membantu meningkatkan
kualitas hidup para peserta didik dengan kebutuhan khusus. Jika bukan
sekarang...kapan lagi,dan jika bukan kita yang perduli, siapa lagi...Mari
bersama menuju Sukabumi yang lebih baik dalam wadah Madrasah Hebat Madrasah
Bermartabat...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar