Kamis, 02 April 2020

Ketika Tangan Kanan Diberi Kesempatan Berada Di Atas


Hidup ini adalah kesempatan...Jangan sia-sia kan apa yang Tuhan beri...Hidup ini harus jadi berkat..
Sepenggal lagu rohani yang sekiranya mampu menginspirasi apa yang bisa kita perbuat selagi masih ada kesempatan. Bahwa hakikat nya hidup adalah kesempatan kita untuk saling berbagi. Memberikan kesempatan dan berbagi pada sesama adalah hal mulia yang sebisa mungkin  kita lakukan. Terlebih bagi seorang pendidik dan pengajar di madrasah.
Banyak hal yang dapat kita pelajari dari para pejuang inklusi di lingkup Kemenag Kab. Sukabumi. Meski mereka bukan terlahir sebagai guru yang menangani anak-anak dengan kebutuhan khusus (ABK), semangat mereka dalam menimba ilmu perlu kiranya untuk di teladani.
Berbicara tentang ABK awalnya selalu terbayang anak-anak dengan kondisi tubuh yang sedari lahir atau karena suatu kondisi tertentu mengalami ketidaksempurnaan. Sehingga mereka hidup dalam keterbatasan. Yang sering kita menganggapnya dengan istilah anak normal dan tak normal. Padahal parameter normal dan tak normal itu sendiri adalah abstrak. Apakah kita juga normal? Apakah batas tingkat kenormalan itu? Apakah karena mengangap diri kita mampu berbicara, melihat dan sebagainya?...tidak….tak ada parameter yang jelas yang mengklasifikasikan tingkat kenormalan itu sendiri.
Ternyata semua itu salah besar. ABK adalah semua anak, tanpa terkecuali yang butuh pemdampingan atau pendidikan secara khusus. ABK terbagi menjadi dua kelompok, ada ABK permanen (kerena terlahir dengan kondisi tertentu, anak dengan kelainan fisik tertentu), yang sering kita sebut juga dengan penyandang disabilitas atau ABK temporer (mereka menjadi ABK karena kondisi tertentu, misalnya anak-anak korban bencana alam, sakit, anak-anak korban perceraian orang tua dll).
Pada dasarnya semua anak terlahir hebat. Ibarat kertas putih kosong, tergantung akan seperti apa orang tua nya akan menuliskan rona hidupnya dan mewarnai perjalanan hidup mereka. Namun tidak semua anak terlahir dengan nasib yang baik. Bahkan sering kita temui ABK terlahir dari keluarga yang secara ekonomi kurang mampu, hingga pendidikan yang seharusnya mereka dapatkan layaknya anak-anak yang lain tak dapat mereka nikmati. Tapi…tak jarang juga kita temui anak ABK terlahir dari keluarga yang cukup mapan. Namun keberadaan mereka masih dianggap sebuah aib yang memalukan, hingga jarang dari mereka yang mendapatkan pendidikan yang seharusnya.
Berbicara tentang pendidikan, anak-anak ABK baik yang permanen maupun temporer berhak untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang baik. Terlepas dari seperti apa kondisi mereka. Tidak perlu adanya pemisahan terhadap gaya dan pola belajar diantara anak ABK dan non ABK.
Sekolah inklusi adalah suatu upaya untuk menjembatani adanya keberagaman ini. Sekolah inklusi adalah salah satu upaya yang dapat kita lakukan untuk memberikan kesempatan dan pelayanan terbaik untuk anak-anak ABK. Sepintas mungkin masih terdengar awam ditelinga, terutama bagi yang tinggal dipelosok. Sekolah insklusi hadir sebagai upaya bagaimana belajar cara hidup dengan perbedaan, belajar dari perbedaan dan belajar dengan perbedaan.
Memberikan kesempatan dan peluang yang sama terhadap anak ABK adalah hal wajib yang perlu kita laksanakan, agar mereka juga mampu mandiri dan berdikari layaknya anak-anak non ABK. Sudah banyak anak ABK yang mendapatkan pendidikan yang layak hingga pada akhirnya mereka mampu menatap masa depan mereka dengan cerah. Sudah banyak diluar sana, anak-anak ABK yang berhasil dalam pendidikannya. Mereka mampu menjadi seperti apa yang mereka cita-citakan. Bahwa semua anak terlahir hebat…semua anak adalah permata yang sangat berharga, seperti apapun kondisi mereka.
Berbicara tentang pendidikan inklusi, adalah berbicara tentang keadilan. Yang tidak perlu memarjinalkan anak ABK permanen maupun temporer. Pendidikan inklusi adalah sebuah proses yang mulia. Tidak bisa hanya dilihat dari segi keunggulan akademis semata. Sekolah insklusi  bertujuan untuk mengoptimalkan kemampuan apa yang ada pada anak ABK. Inklusi adalah belajar mengakui adanya perbedaan dan mengakomodir perbedaan itu. Bukankah pada dasarnya kita memang terlahir dengan segala perbedaan….perebedaan suku, agama, ras, dan sebagainya. Termasuk kehadiran anak ABK adalah bagian dari keberagaman itu sendiri.
Semua anak terlahir dengan fitrahnya masing-masing. Semua anak terlahir hebat. Namun seringkali ketidaktahuan kitalah, yang justru mengkerdilkan kehadiran mereka selaku generasi penerus negeri ini. Di pundak mereka lah, nasib kita kelak akan bergantung.
Keberadaan anak-anak istimewa di madrasah umum merupakan satu tantangan tersendiri yang perlu kita hadapi. Semua anak berhak mendapatkan layanan pendidikan yang sama, tanpa terkecuali. Sepak terjang dan kiprah madrasah-madrasah di bawah naungan Kemenag Kab. Sukabumi selama dua tahun terakhir ini perlu kiranya adanya dukungan dan apresiasi yang setinggi-tinggi nya dari semua pihak.
Dukungan pihak-pihak lain seperti SLBN Handayani yang beralamat di Karang Tengah Cibadak Sukabumi, Yayasan Lentera Rainbow, dan LPT Grahita Indonesia yang selama ini setia mengawal progres PI di Kab. Sukabumi tentu adalah aset yang tak ternilai harganya. Ketiga lembaga tersebut selama ini menjadi pusat belajar bagi segenap GPK yang berada di bawah naungan Kemenag Kab. Sukabumi.
Dan tentu nya, semangat daya juang para penggiat PI di madrasah yang terhimpun dalam GPK Pokja PI Kemenag Kab. Sukabumi adalah ujung tombak dari semua proses yang ada. Secara kompetensi, mereka memang masih harus banyak belajar. Sambil menyelami segala materi yang memang masih perlu dicerna, tindakan nyata lah yang menjadi skala prioritas terlebih dahulu. Uluran tangan dari para GPK di wilayah kerja masing-masing adalah skala prioritas dalam menangani para peserta didik di madrasah. Namun satu hal yang patut kita acungi jempol, semangat kasih dan sayang mereka dalam membimbing anak-anak dengan kebutuhan khusus di madrasah adalah hal yang luar biasa.
Terlepas dari keterbatasan sarana dan prasarana dalam menunjang pelaksanan layanan pendidikan bagi peserta didik berkebutuhan khusus, semangat dan etos kerja dari para GPK tak perlu lagi disangsikan keberadaan nya. Bahkan jauh sebelum gaung PI di dengungkan awal 2017 yang lalu, tindakan nyata para guru madrasah dalam penanganan peserta didik dengan kebutuhan khusus sudah tak perlu diragukan lagi. Tindakan nyata di lapangan jauh lebih dibutuhkan saat ini, dibandingkan hanya sekedar retorika belaka.
Meminjam kalimat bijak dari Mahatma Gandhi, pada hakikatnya kebahagiaan adalah bukan dari seberapa banyak yang dapat kita peroleh, namun seberapa banyak hal yang dapat kita beri. Sungguh sebuah pengabdian yang luhur atas segala dharma bakti para pengikut barisan Oemar Bakrie ini.
Semangat terus para pejuang PI. Semoga segala ikhtiar yang tengah dilakukan hari ini betul-betul dapat membantu meningkatkan kualitas hidup para peserta didik dengan kebutuhan khusus. Jika bukan sekarang...kapan lagi,dan jika bukan kita yang perduli, siapa lagi...Mari bersama menuju Sukabumi yang lebih baik dalam wadah Madrasah Hebat Madrasah Bermartabat...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Belajar Menjadi Pribadi Yang Lebih Baik

#KMP3 Ramadhan baru saja usai. Seiring gema takbir yang berkumandang. Nuansa bahagia menyambut hari yang fitri. Berbagai penganan pun dihi...