Kamis, 02 April 2020

Kekuatan Doa Seorang Ibu


Tuhan tahu mana yang  terbaik bagi umat-Nya. Sekalipun di awal-awal bukanlah hal mudah untuk bisa menerima dan memaknainya sebagai sebuah takdir yang memang sudah seharusnya dan selayaknya kita terima.
Seribu ungkapan untuk sekedar menasehati diri sendiri pun rasanya tak ubah bagai menelan buah berduri. Hal yang manusiawi dan sangat lumrah penulis rasa, mungkin diluar sana banyak juga yang mengalami seperti apa yang penulis rasakan. Atau bahkan mungkin dengan cerita dan kisah yang lebih menyayat hati namun justru menginspirasi siapa saja yang membacanya. Kita tak pernah tahu jalan dan lakon seperti apa yang akan kita perankan ke depan.
Tak pernah terbayangkan sedikitpun keinginan untuk menjadi seorang guru. Sebuah pekerjaan yang tentunya sangat mulia, Namun tak pernah terbersit sedikit pun untuk menggelutinya. Bahkan sampai pada akhirnya penulis pun jatuh cinta dibuatnya.

Kekuatan doa seorang ibu ternyata sungguh luar biasa. Berawal dari masuk ke bangku pertama di sekolah menengah tingkat  atas saat itu, sebenarnya keinginan ibu untuk menjadikan penulis sang anaknya kelak menjadi seorang guru sudah tercetus. Namun layaknya anak pada usia penulis saat itu, keinginan itu selalu penulis tentang.
Seperti halnya anak-anak lain saat itu, penulis pun mempunyai cita-cita tersendiri. Yang tentu saja sangat bertolak belakang dari keinginan kedua orang tua. Berawal dari keinginan pada saat SMA (Sekolah Menengah Atas) ingin memperdalam ilmu- ilmu sosial yang kurang bahkan sangat ditentang oleh kedua orang tua.
 Mungkin karena kedua orang tua penulis juga berasal dari kajian ilmu-ilmu eksakta. Akhirnya masuklah penulis  ke jurusan A2 (program imu biologi), seperti yang mereka harapkan. Tak banyak kendala atau halangan selama menempuh bangku sekolah di SMA. Semua berjalan seperti seharusnya. Hingga masa menjelang kuliah pun sudah di depan mata.
Keinginan ibu untuk meminta penulis berkuliah di Fakultas Keguruan penulis tentang habis-habisan. Tak ada keinginan sedikitpun untuk menjadi seorang guru. Tak lain dan tak bukan saat itu keinginan penuli adalah menjadi seorang jurnalis.
Ujian masuk perguruan negeri pun penulis ikuti layaknya semua calon mahasiswa yang lain. Ntah apa yang menjadi dasar pemikiran saat itu, hinggga penulis  memutuskan mengambil Fakultas Pertanian Jurusan Ilmu Tanah.
Suatu jurasan yang agak langka. Karena tidak semua perguruan tinggi memiliki jurusan ini. Seingat penulis saat itu, dari seluruh Indonesia, baik perguruan tingi negeri maupun swasta hanya ada 19 perguruan yang mempunyai jurusan ilmu tanah.
Masuk di Fakultas Pertanian khususnya Jurusan Ilmu Tanah, sedikit banyak mampu mewujudkan keinginan penulis yang semakin menggebu-gebu menggeluti dunia jurnalis. Di jurusan ini, kami sering melakukan kegiatan lapang dan tentu saja hal ini sangat menantang bagi penulis. Belum lagi berkenalan dengan segala aktivitas kegiatan kemahasiswaan di kampus, makin membuat semangat menjadi seorang wartawan semakin menjadi. Walaupun keinginan untuk menjadi wartawan, sempat menorehkan kenangan pahit dalam urusan asmara penulis diputuskan oleh kekasih hanya karena keinginan penulis yang bulat tuk jadi seorang jurnalis.
Lalu….bagaimana akhirnya penulis bisa menjadi guru…mungkin berawal dari kompromi dengan situasi dan keadaan yang saat itu sangat tidak bersahabat. Duduk diam hanya menjadi seorang ibu dari seorang balita ternyata sangat menjenuhkan juga. Mejalani rutinitas harian yang bagi penulis sungguh sangat melelahkan, Mungkin lebih tepatnya menjenuhkan. Akhirnya dengan tekad bulat, penulis memberanikan diri untuk melamar menjadi seorang guru pada sebuah sekolah yayasan yang saat itu ada di dekat rumah.
Sangat menyadari bahwa penulis bukanlah seorang lulusan sarjana pendidikan, saat itu pula penulis putuskan untuk melanjutkan studi di Universitas Terbuka untuk mendalami ilmu kependidikan. Tidaklah mudah memang mengenyam kembali masa-masa perkuliahan yang sarat akan tugas di tengah-tengah kesibukan menjadi seorang ibu baru bagi seorang anak balita pula.
Kadang kala butuh kenekatan dalam menjalani hidup. Bagaimana tak nekat..tak banyak bekal yang penulis miliki untuk menjadi seorang guru. Kecuali sedikit pengalaman menjadi asisten praktikum laboratorium selama menjadi mahasiswa dan sedikit pengalaman menjadi guru dadakan selama menjalani masa kuliah kerja nyata (KKN) selama kurang lebih tiga bulan lamanya.
Proses melamar untuk menjadi guru tak memiliki banyak hambatan. Tak sesulit saat ini untuk menjadi seorang guru honorer sekalipun, Karena saat itu memang belum banyak program tunjangan yang ditawarkan pada guru oleh pemerintah. Bahkan tak tanggung-tanggung, dua sekolah sekaligus yang menerima penulis menjadi seorang guru honorer.
Betul-betul pengalaman dan kesempatan yang sangat berharga saat itu bagi penulis. Satu kegiatan baru yang sungguh sangat memberikan warna baru dalam menjali hidup. Tidak hanya rutin menjalani tugas rutin menjadi seorang ibu rumah tangga, tapi juga ada wadah baru untuk bisa melakukan interaksi.
Tahun demi tahun penulis jalani profesi menjadi seorang guru ternyata sungguh sangat menyenangkan. Tak hanya menyenangkan, bahkan sudah mampu membuat penulis jatuh cinta.
Jatuh cinta pada profesi yang sama sekali dulu tak pernah terbesit dalam benak penulis. Memikirkannya saja dulu membuat penulis sangat muak. Tapi kini menjadi bagian hidup penulis yang Insya Allah tak akan terpisahkan
Penulis bangga dan bahagia menjadi seorang guru. Pada dasarnya setiap individu adalah seorang guru. Bukan hanya seseorang yang dengan profesinya mengajarkan anak didiknya dalam sebuah ruangan saja yang disebut seorang guru. Semua orang adalah guru, tanpa kita sadari atau tidak. Terutama bagi seoarang perempuan. Ibu adalah sekolah atau madrasah pertama bagi anak-anaknya. Tanpa terkecuali..
Belajar menjadi barisan pengikut Umar Bakrie memang bukanlah perkara mudah bagi penulis. Tak semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi kalau sudah berhubungan dengan segala administrasi yang sangat-sangat menyita waktu, tenaga dan pikiran. Jujur saja, walaupun penulis sangat mencintai profesi penulis sekarang ini, dalam hal yang berhubungan dengan segala administrasi penulis masih sangat jauh dari kata bisa.
Mengapa penulisbangga menjadi guru?..tanpa penulis sadari, menjadi seorang guru, disanalah penulis belajar yang sesungguhnya tentang arti bersyukur. Selama ini penulis menjadi pribadi yang mungkin sangat jauh dari rasa syukur. Mungkin karena selama ini begitu banyak kemudahan yang dapat penulis peroleh. Tak banyak kesusahan dan keprihatinan yang harus penulis jalani dalam hidup. Sangat tidak menarik andai dibuat sebuah cerita dalam buku. Karena hidup yang  saya jalani relativ datar tak banyak beriak hidup yang penulis temui.
Memang juga bukan suatu hal yang perlu disesali atau apalah istilah yang tepat untuk menjabarkannya. Kita tak pernah bisa memilih, kepada siapa kita ingin menjadi seorang anak. Atau kepada siapa kita ingin mempunyai orang tua. Kita pun tak bisa memilih siapa orang tua kita. Namun satu hal yang bisa penulis pahami, kita bisa memilih mau jadi apa kita dalam menapaki masa depan kita. Terlahir dari keluarga yang lumayan cukup secara ekonomi rasanya tak sulit bagi penulis dalam menjalani hidup. Tak banyak keprihatinan yang berkaitan dengan kehidupan. Semua berjalan lancar,tanpa hambatan yang berarti.
Sungguh sangat jauh berbeda dengan apa yang sering penulisamati sekarang. Dalam hidup penuls dengan pekerjaan sebagai seorang  guru. Banyak hal  justru menyadarkan penulis akan makna syukur yang penulis pelajari justru dari murid-murid penulis sendiri.
Bertahun-tahun penulis mengamati dan meresapi segala hal yang sering penulis amati dari kehidupan mereka. Betapa sebenarnya penulis merupakan orang yang sangat beruntung hidup dibawah mega nan biru ini. Tak banyak kesulitan dan kepahitan hidup yang harus penulis rasakan.
Sangat-sangat jauh berbeda dari apa yang mereka alami.Banyak dari meraka yang secara perekonomian masih dibawah rata-rata. Pendidikan orang tua mereka pun juga masih sangat minim. Sudah dapat bersekolah di masa wajib belajar saja, sudah jadi barang  mewah buat mereka. Banyak hal yang dapat penulis pelajari dari kehidupan murid-murid penulis. Selain keadaan perekonomian yang bisa dikatakan  dibawah garis kemiskinan, banyak dari mereka yang kehidupan keluarganya yang sudah tak utuh lagi.
Banyak diantara keluarga mereka, ayah ibunya yang harus bercerai karena satu dan lain hal. Belum lagi ada yang harus jauh dari orang tua karena orang tuanya harus merantau, sedangkan mereka hanya hidup dalam asuhan nenek kakeknya saja atau saudara yang lain. Begitu banyak hal yang bisa penulis pelajari dari mereka murid-murid penulis.
Terima kasih anak-anak, betapa kalian sudah mampu menyadarkan keangkuhan penulis yang lupa untuk bersyukur ini. Ternyata, betapa sangat beruntungnya hidup penulis ini. Hingga detik ini, penulis masih bisa merasakan kasih sayang orang tua yang lengkap (hingga awal tahun 2019). Masih ada orang tua yang selalu mendoakan penulis disetiap hela nafasnya. Bersyukur masih ada orang tua yang selalu menanyakan kabar penulis. Bersyukur masih ada orang yang selalu meridukan penulis. Terima kasih anak-anak…tanpa kalian semua, rasanya tak mungkin kesadaran itu bisa penulis raih.
Bersyukur rasanya bisa menjadi pengikut Umar Bakrie. Tuhan sudah merencanakan semua dengan indahnya. Tak ada hal yang kebetulan, semua sudah digariskan dengan indahnya. Dan satu hal yang pastI, doa ibu sangat luar biasa. KinI dengan penulis menjadi guru, tanpa penulis sadari telah bisa mewujudkan cita-cita seorang Ibu. Menjadi guru sungguh sudah menjadi bagian hidup yang tak mungkin bisa penulis lepas Saat ini. Walaupun penulis menyadari masih sangat jauh dari kata sempurna. Bukankah memang ketidaksempuranaan adalah kesempurnaan itu sendiri.
Dan satu hal yang tak pernah penulis duga, keinginan terdahulu penulis untuk bergelut dalam bidang jurnalistik pun kini Allah berikan bersamaan dengan profesi yang kini penulis jalani menjadi seeorang guru. Berbekal kenekatan dan keberanian, mencoba menuliskan berita seputar kegiatan-kegiatan yang ada di seputar madrasah membuat penulis menjadi begitu larut dalam kegiatan pemberitaan.       
Bergabung bersama dengan rekan-rekan lain sebagai kontributor berita Inmas Kemenag Kabupaten Sukabumi seakan menjawab doa-doa penulis dimasa lampau untuk kembali bersentuhan dengan dunia kuli tinta.
Sungguh karunia yang tak dapat dilukiskan dengan indahnya rangkaian seribu kata dan kalimat sekalipun. Betapa Allah telah menyiapkan rencana yang begitu indah buat penulis. Menjadi seorang guru untuk mengabulkan keinginan seorang ibu terhadap anaknya, juga menjadi seorang jurnalis pemula demi melakoni peran yang sempat tertunda.
Terima kasih waktu yang masih terus memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar menjadi seorang guru. Semoga keputusan untuk menjadi seorang guru adalah hal terbaik yang bisa penulis lakukan. Semoga penulis masih terus bisa istiqomah dengan keputusan mulia ini. Semoga ini adalah pilihan terbaik yang bisa penulis jalani. Bukan saja pekerjaan dunia saja, namun juga pekerjaan mulia yang akan penulis bawa hinga akhirat nanti. Pekerjaan yang menjadi jawaban atas terkabulnya doa seorang ibu pada anaknya. Terkabulnya permintaan seorang ibu yang langsung di dengar oleh sang empunya kuasa.
Terima kasih  waktu yang sudah menggiring penulis untuk menjadi guru. Penulis  bangga menjadi guru, dengan menjadi guru, penulis bisa memahami makna hidup dan kehidupan yang sesungguhnya…(buat mantan, akhirnya aku jadi guru juga, seperti yang pernah kau inginkan)



6 komentar:

  1. Salam kenal bu Utik,
    Subhanallah,kisah yg begitu menarik. Begitulah cara Allah memberikan ibu yg terbaik, Dia memberikan ibu profesi yg sangat mulia menjadi seorang pendidik sekaligus bisa menggapai cita cita dulu yg sempet tertunda, kisah yang begitu inspiratif, penuh motifasi dan menggambarkn semangat dan ketangguhan seseorang dalam menjalani tugas dan tanggungjawabnya baik sebagai ibu drumah, juga sebagai pendidik d sekolah dn sebagai jurnalis.

    BalasHapus
  2. Salam kenal bu Utik,
    Subhanallah,kisah yg begitu menarik. Begitulah cara Allah memberikan ibu yg terbaik, Dia memberikan ibu profesi yg sangat mulia menjadi seorang pendidik sekaligus bisa menggapai cita cita dulu yg sempet tertunda, kisah yang begitu inspiratif, penuh motifasi dan menggambarkn semangat dan ketangguhan seseorang dalam menjalani tugas dan tanggungjawabnya baik sebagai ibu drumah, juga sebagai pendidik d sekolah dn sebagai jurnalis.

    BalasHapus
  3. Salam kenal bu Utik,
    Subhanallah,kisah yg begitu menarik. Begitulah cara Allah memberikan ibu yg terbaik, Dia memberikan ibu profesi yg sangat mulia menjadi seorang pendidik sekaligus bisa menggapai cita cita dulu yg sempet tertunda, kisah yang begitu inspiratif, penuh motifasi dan menggambarkn semangat dan ketangguhan seseorang dalam menjalani tugas dan tanggungjawabnya baik sebagai ibu drumah, juga sebagai pendidik d sekolah dn sebagai jurnalis.

    BalasHapus
  4. Salam kenal bu Utik,
    Subhanallah,kisah yg begitu menarik. Begitulah cara Allah memberikan ibu yg terbaik, Dia memberikan ibu profesi yg sangat mulia menjadi seorang pendidik sekaligus bisa menggapai cita cita dulu yg sempet tertunda, kisah yang begitu inspiratif, penuh motifasi dan menggambarkn semangat dan ketangguhan seseorang dalam menjalani tugas dan tanggungjawabnya baik sebagai ibu drumah, juga sebagai pendidik d sekolah dn sebagai jurnalis.

    BalasHapus

Belajar Menjadi Pribadi Yang Lebih Baik

#KMP3 Ramadhan baru saja usai. Seiring gema takbir yang berkumandang. Nuansa bahagia menyambut hari yang fitri. Berbagai penganan pun dihi...