Tuhan tahu mana
yang terbaik bagi umat-Nya. Sekalipun di
awal-awal bukanlah hal mudah untuk bisa menerima dan memaknainya sebagai sebuah
takdir yang memang sudah seharusnya dan selayaknya kita terima.
Seribu ungkapan
untuk sekedar menasehati diri sendiri pun rasanya tak ubah bagai menelan buah
berduri. Hal yang manusiawi dan sangat lumrah penulis rasa, mungkin diluar sana
banyak juga yang mengalami seperti apa yang penulis rasakan. Atau bahkan
mungkin dengan cerita dan kisah yang lebih menyayat hati namun justru
menginspirasi siapa saja yang membacanya. Kita tak pernah tahu jalan dan lakon
seperti apa yang akan kita perankan ke depan.
Tak pernah
terbayangkan sedikitpun keinginan untuk menjadi seorang guru. Sebuah pekerjaan
yang tentunya sangat mulia, Namun tak pernah terbersit sedikit pun untuk
menggelutinya. Bahkan sampai pada akhirnya penulis pun jatuh cinta dibuatnya.
Kekuatan doa
seorang ibu ternyata sungguh luar biasa. Berawal dari masuk ke bangku pertama
di sekolah menengah tingkat atas saat
itu, sebenarnya keinginan ibu untuk menjadikan penulis sang anaknya kelak
menjadi seorang guru sudah tercetus. Namun layaknya anak pada usia penulis saat
itu, keinginan itu selalu penulis tentang.
Seperti halnya
anak-anak lain saat itu, penulis pun mempunyai cita-cita tersendiri. Yang tentu
saja sangat bertolak belakang dari keinginan kedua orang tua. Berawal dari
keinginan pada saat SMA (Sekolah Menengah Atas) ingin memperdalam ilmu- ilmu
sosial yang kurang bahkan sangat ditentang oleh kedua orang tua.
Mungkin karena kedua orang tua penulis juga
berasal dari kajian ilmu-ilmu eksakta. Akhirnya masuklah penulis ke jurusan A2 (program imu biologi), seperti
yang mereka harapkan. Tak banyak kendala atau halangan selama menempuh bangku
sekolah di SMA. Semua berjalan seperti seharusnya. Hingga masa menjelang kuliah
pun sudah di depan mata.
Keinginan ibu untuk
meminta penulis berkuliah di Fakultas Keguruan penulis tentang habis-habisan.
Tak ada keinginan sedikitpun untuk menjadi seorang guru. Tak lain dan tak bukan
saat itu keinginan penuli adalah menjadi seorang jurnalis.
Ujian masuk
perguruan negeri pun penulis ikuti layaknya semua calon mahasiswa yang lain.
Ntah apa yang menjadi dasar pemikiran saat itu, hinggga penulis memutuskan mengambil Fakultas Pertanian
Jurusan Ilmu Tanah.
Suatu jurasan yang
agak langka. Karena tidak semua perguruan tinggi memiliki jurusan ini. Seingat
penulis saat itu, dari seluruh Indonesia, baik perguruan tingi negeri maupun
swasta hanya ada 19 perguruan yang mempunyai jurusan ilmu tanah.
Masuk di Fakultas
Pertanian khususnya Jurusan Ilmu Tanah, sedikit banyak mampu mewujudkan
keinginan penulis yang semakin menggebu-gebu menggeluti dunia jurnalis. Di
jurusan ini, kami sering melakukan kegiatan lapang dan tentu saja hal ini
sangat menantang bagi penulis. Belum lagi berkenalan dengan segala aktivitas
kegiatan kemahasiswaan di kampus, makin membuat semangat menjadi seorang
wartawan semakin menjadi. Walaupun keinginan untuk menjadi wartawan, sempat
menorehkan kenangan pahit dalam urusan asmara penulis diputuskan oleh kekasih
hanya karena keinginan penulis yang bulat tuk jadi seorang jurnalis.
Lalu….bagaimana
akhirnya penulis bisa menjadi guru…mungkin berawal dari kompromi dengan situasi
dan keadaan yang saat itu sangat tidak bersahabat. Duduk diam hanya menjadi
seorang ibu dari seorang balita ternyata sangat menjenuhkan juga. Mejalani
rutinitas harian yang bagi penulis sungguh sangat melelahkan, Mungkin lebih
tepatnya menjenuhkan. Akhirnya dengan tekad bulat, penulis memberanikan diri
untuk melamar menjadi seorang guru pada sebuah sekolah yayasan yang saat itu
ada di dekat rumah.
Sangat menyadari
bahwa penulis bukanlah seorang lulusan sarjana pendidikan, saat itu pula
penulis putuskan untuk melanjutkan studi di Universitas Terbuka untuk mendalami
ilmu kependidikan. Tidaklah mudah memang mengenyam kembali masa-masa
perkuliahan yang sarat akan tugas di tengah-tengah kesibukan menjadi seorang
ibu baru bagi seorang anak balita pula.
Kadang kala butuh
kenekatan dalam menjalani hidup. Bagaimana tak nekat..tak banyak bekal yang
penulis miliki untuk menjadi seorang guru. Kecuali sedikit pengalaman menjadi
asisten praktikum laboratorium selama menjadi mahasiswa dan sedikit pengalaman
menjadi guru dadakan selama menjalani masa kuliah kerja nyata (KKN) selama
kurang lebih tiga bulan lamanya.
Proses melamar
untuk menjadi guru tak memiliki banyak hambatan. Tak sesulit saat ini untuk
menjadi seorang guru honorer sekalipun, Karena saat itu memang belum banyak
program tunjangan yang ditawarkan pada guru oleh pemerintah. Bahkan tak
tanggung-tanggung, dua sekolah sekaligus yang menerima penulis menjadi seorang
guru honorer.
Betul-betul
pengalaman dan kesempatan yang sangat berharga saat itu bagi penulis. Satu
kegiatan baru yang sungguh sangat memberikan warna baru dalam menjali hidup.
Tidak hanya rutin menjalani tugas rutin menjadi seorang ibu rumah tangga, tapi
juga ada wadah baru untuk bisa melakukan interaksi.
Tahun demi tahun
penulis jalani profesi menjadi seorang guru ternyata sungguh sangat
menyenangkan. Tak hanya menyenangkan, bahkan sudah mampu membuat penulis jatuh
cinta.
Jatuh cinta pada
profesi yang sama sekali dulu tak pernah terbesit dalam benak penulis. Memikirkannya
saja dulu membuat penulis sangat muak. Tapi kini menjadi bagian hidup penulis
yang Insya Allah tak akan terpisahkan
Penulis bangga dan
bahagia menjadi seorang guru. Pada dasarnya setiap individu adalah seorang
guru. Bukan hanya seseorang yang dengan profesinya mengajarkan anak didiknya
dalam sebuah ruangan saja yang disebut seorang guru. Semua orang adalah guru,
tanpa kita sadari atau tidak. Terutama bagi seoarang perempuan. Ibu adalah
sekolah atau madrasah pertama bagi anak-anaknya. Tanpa terkecuali..
Belajar menjadi
barisan pengikut Umar Bakrie memang bukanlah perkara mudah bagi penulis. Tak
semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi kalau sudah berhubungan dengan
segala administrasi yang sangat-sangat menyita waktu, tenaga dan pikiran. Jujur
saja, walaupun penulis sangat mencintai profesi penulis sekarang ini, dalam hal
yang berhubungan dengan segala administrasi penulis masih sangat jauh dari kata
bisa.
Mengapa
penulisbangga menjadi guru?..tanpa penulis sadari, menjadi seorang guru,
disanalah penulis belajar yang sesungguhnya tentang arti bersyukur. Selama ini
penulis menjadi pribadi yang mungkin sangat jauh dari rasa syukur. Mungkin
karena selama ini begitu banyak kemudahan yang dapat penulis peroleh. Tak
banyak kesusahan dan keprihatinan yang harus penulis jalani dalam hidup. Sangat
tidak menarik andai dibuat sebuah cerita dalam buku. Karena hidup yang saya jalani relativ datar tak banyak beriak
hidup yang penulis temui.
Memang juga bukan
suatu hal yang perlu disesali atau apalah istilah yang tepat untuk
menjabarkannya. Kita tak pernah bisa memilih, kepada siapa kita ingin menjadi
seorang anak. Atau kepada siapa kita ingin mempunyai orang tua. Kita pun tak
bisa memilih siapa orang tua kita. Namun satu hal yang bisa penulis pahami,
kita bisa memilih mau jadi apa kita dalam menapaki masa depan kita. Terlahir dari
keluarga yang lumayan cukup secara ekonomi rasanya tak sulit bagi penulis dalam
menjalani hidup. Tak banyak keprihatinan yang berkaitan dengan kehidupan. Semua
berjalan lancar,tanpa hambatan yang berarti.
Sungguh sangat jauh
berbeda dengan apa yang sering penulisamati sekarang. Dalam hidup penuls dengan
pekerjaan sebagai seorang guru. Banyak
hal justru menyadarkan penulis akan
makna syukur yang penulis pelajari justru dari murid-murid penulis sendiri.
Bertahun-tahun
penulis mengamati dan meresapi segala hal yang sering penulis amati dari
kehidupan mereka. Betapa sebenarnya penulis merupakan orang yang sangat
beruntung hidup dibawah mega nan biru ini. Tak banyak kesulitan dan kepahitan
hidup yang harus penulis rasakan.
Sangat-sangat jauh
berbeda dari apa yang mereka alami.Banyak dari meraka yang secara perekonomian
masih dibawah rata-rata. Pendidikan orang tua mereka pun juga masih sangat
minim. Sudah dapat bersekolah di masa wajib belajar saja, sudah jadi
barang mewah buat mereka. Banyak hal
yang dapat penulis pelajari dari kehidupan murid-murid penulis. Selain keadaan
perekonomian yang bisa dikatakan dibawah
garis kemiskinan, banyak dari mereka yang kehidupan keluarganya yang sudah tak
utuh lagi.
Banyak diantara
keluarga mereka, ayah ibunya yang harus bercerai karena satu dan lain hal.
Belum lagi ada yang harus jauh dari orang tua karena orang tuanya harus
merantau, sedangkan mereka hanya hidup dalam asuhan nenek kakeknya saja atau
saudara yang lain. Begitu banyak hal yang bisa penulis pelajari dari mereka
murid-murid penulis.
Terima kasih
anak-anak, betapa kalian sudah mampu menyadarkan keangkuhan penulis yang lupa
untuk bersyukur ini. Ternyata, betapa sangat beruntungnya hidup penulis ini.
Hingga detik ini, penulis masih bisa merasakan kasih sayang orang tua yang
lengkap (hingga awal tahun 2019). Masih ada orang tua yang selalu mendoakan
penulis disetiap hela nafasnya. Bersyukur masih ada orang tua yang selalu
menanyakan kabar penulis. Bersyukur masih ada orang yang selalu meridukan
penulis. Terima kasih anak-anak…tanpa kalian semua, rasanya tak mungkin kesadaran
itu bisa penulis raih.
Bersyukur rasanya
bisa menjadi pengikut Umar Bakrie. Tuhan sudah merencanakan semua dengan
indahnya. Tak ada hal yang kebetulan, semua sudah digariskan dengan indahnya.
Dan satu hal yang pastI, doa ibu sangat luar biasa. KinI dengan penulis menjadi
guru, tanpa penulis sadari telah bisa mewujudkan cita-cita seorang Ibu. Menjadi
guru sungguh sudah menjadi bagian hidup yang tak mungkin bisa penulis lepas
Saat ini. Walaupun penulis menyadari masih sangat jauh dari kata sempurna.
Bukankah memang ketidaksempuranaan adalah kesempurnaan itu sendiri.
Dan satu hal yang
tak pernah penulis duga, keinginan terdahulu penulis untuk bergelut dalam
bidang jurnalistik pun kini Allah berikan bersamaan dengan profesi yang kini
penulis jalani menjadi seeorang guru. Berbekal kenekatan dan keberanian,
mencoba menuliskan berita seputar kegiatan-kegiatan yang ada di seputar
madrasah membuat penulis menjadi begitu larut dalam kegiatan pemberitaan.
Bergabung bersama dengan rekan-rekan lain sebagai
kontributor berita Inmas Kemenag Kabupaten Sukabumi seakan menjawab doa-doa
penulis dimasa lampau untuk kembali bersentuhan dengan dunia kuli tinta.
Sungguh karunia
yang tak dapat dilukiskan dengan indahnya rangkaian seribu kata dan kalimat
sekalipun. Betapa Allah telah menyiapkan rencana yang begitu indah buat penulis.
Menjadi seorang guru untuk mengabulkan keinginan seorang ibu terhadap anaknya,
juga menjadi seorang jurnalis pemula demi melakoni peran yang sempat tertunda.
Terima kasih waktu
yang masih terus memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar menjadi
seorang guru. Semoga keputusan untuk menjadi seorang guru adalah hal terbaik
yang bisa penulis lakukan. Semoga penulis masih terus bisa istiqomah dengan
keputusan mulia ini. Semoga ini adalah pilihan terbaik yang bisa penulis
jalani. Bukan saja pekerjaan dunia saja, namun juga pekerjaan mulia yang akan
penulis bawa hinga akhirat nanti. Pekerjaan yang menjadi jawaban atas
terkabulnya doa seorang ibu pada anaknya. Terkabulnya permintaan seorang ibu
yang langsung di dengar oleh sang empunya kuasa.
Terima kasih waktu yang sudah menggiring penulis untuk
menjadi guru. Penulis bangga menjadi
guru, dengan menjadi guru, penulis bisa memahami makna hidup dan kehidupan yang
sesungguhnya…(buat mantan, akhirnya aku jadi guru juga, seperti yang pernah
kau inginkan)

Luar biasa...
BalasHapusHeehehe. terima kasih
HapusSalam kenal bu Utik,
BalasHapusSubhanallah,kisah yg begitu menarik. Begitulah cara Allah memberikan ibu yg terbaik, Dia memberikan ibu profesi yg sangat mulia menjadi seorang pendidik sekaligus bisa menggapai cita cita dulu yg sempet tertunda, kisah yang begitu inspiratif, penuh motifasi dan menggambarkn semangat dan ketangguhan seseorang dalam menjalani tugas dan tanggungjawabnya baik sebagai ibu drumah, juga sebagai pendidik d sekolah dn sebagai jurnalis.
Salam kenal bu Utik,
BalasHapusSubhanallah,kisah yg begitu menarik. Begitulah cara Allah memberikan ibu yg terbaik, Dia memberikan ibu profesi yg sangat mulia menjadi seorang pendidik sekaligus bisa menggapai cita cita dulu yg sempet tertunda, kisah yang begitu inspiratif, penuh motifasi dan menggambarkn semangat dan ketangguhan seseorang dalam menjalani tugas dan tanggungjawabnya baik sebagai ibu drumah, juga sebagai pendidik d sekolah dn sebagai jurnalis.
Salam kenal bu Utik,
BalasHapusSubhanallah,kisah yg begitu menarik. Begitulah cara Allah memberikan ibu yg terbaik, Dia memberikan ibu profesi yg sangat mulia menjadi seorang pendidik sekaligus bisa menggapai cita cita dulu yg sempet tertunda, kisah yang begitu inspiratif, penuh motifasi dan menggambarkn semangat dan ketangguhan seseorang dalam menjalani tugas dan tanggungjawabnya baik sebagai ibu drumah, juga sebagai pendidik d sekolah dn sebagai jurnalis.
Salam kenal bu Utik,
BalasHapusSubhanallah,kisah yg begitu menarik. Begitulah cara Allah memberikan ibu yg terbaik, Dia memberikan ibu profesi yg sangat mulia menjadi seorang pendidik sekaligus bisa menggapai cita cita dulu yg sempet tertunda, kisah yang begitu inspiratif, penuh motifasi dan menggambarkn semangat dan ketangguhan seseorang dalam menjalani tugas dan tanggungjawabnya baik sebagai ibu drumah, juga sebagai pendidik d sekolah dn sebagai jurnalis.