Menerima
kehadiran orang lain dalam hidup kita itu tentu tidak mudah. Butuh ruang
dan waktu untuk bisa menjalaninya
bersama. Menjalani dengan baik, bukan berarti dimaknai sesuatu yang tanpa
masalah. Sebagai manusia biasa, tentu namanya masalah tidak akan pernah
berhenti.
Kedewasaan bukanlah
suatu hal sebatas teori semata. Lamanya saling penjajakan jauh sebelum terikat
secara sah pun bukan jaminan akan langgengnya sebuah hubungan. Konon perbedaan
umur yang banyak digaungkan oleh banyak awan pun tak dapat dibenarkan.
Permasalah,
perbedaan adalah hal yang lumrah dan pasti terjadi. Lantas bagaimana sikap
terbaik yang dapat dilakukan oleh kedua belah pihak peseteru? Tentu salah satu
atau keduanay saling bisa menahan emosi. Menahan amarah sesaat yang acapkali
sering berakhir dengan sebuha penyesalan.
Tidak mudah
memang, namun bukan berarti suatu hal yang sulit untuk dicoba. Memang sekali
lagi, butuuh ruang dan waktu. Apakah akan selalu berhasil? Tentu tidak juga
jawabnnya. Bahkan dalam beberapa hal mungkin akan semakin runyam. Lalu bagaimana
lagi?
Kalau saya
pribadi selalu berprinsip satu hal. Apapun masalah yang kita hadapi saat itu,
tidak harus selesai saat itu juga. Terkadang butuh waktu untuk menyendiri
sebagai bagian dari introskpeksi diri. Perlukah kehadiran pihak lain dalam hal
ini?
Semua kembali
pada pribadi masing-masing. Saya percaya untuk hal-hal yang sifatnya pribadi
tentu kita pnya batasan masing-masing. Tak perlu dibahas lebih lanjut, apalagi
terkesan menggurui.
Sekarang
kembali pada diri kita sendiri. Sejauh mana kita bisa menyikapi dengan semua
persoalan yang ada. Hati boleh panas, tapi pikiran tetap jernih. Itu yang
selalu petuah bijak dengungkan. Jadi, mengedepankan emosi semata tentu tiada
akan ada gunananya. Bukankah kalah jadi arang,dan menang jadi abu? Sia-sia..
#kmp3
#feature
#kelasmenulisperpustakaan
#feature
#kelasmenulisperpustakaan

berdamai dengan hati
BalasHapusAshiaaaaaap
Hapus