Kamis, 09 April 2020

Boleh Sepakat Untuk Tidak Sepakat

Merdeka belajar ramai terdengar sejak mulainya Mas Menteri ada dalam jajaran kabinet. Pemahaman tentang merdeka belajar yang digaungkan oleh Mas Menteri pun saya coba resapi dan perlahan untuk saya mengerti. Ibaratnya seorang murid, tetap saya butuh seorang guru untuk membantu saya menerjemahkan makna merdeka belajar yang seperti diinginkan oleh Mas Menteri.
Sebagai seorang yang sedikit mengalami hambatan  slow learner, saya akui saya tidak bisa memahami sesuatu secepat orang lain bisa yang lakukan. Untuk saya, terkadang butuh tiga empat kali penjelasan, baru saya akan mulai memahaminya. Sekalai lagi, mulai memahaminya..
Sebelumnya saya jadi bertanya-tanya dengan adanya kalimat tersebut diatas. Walaupun mungkin, pemahaman dari makna tersebut akan sedikit berbeda dengan apa yang saya maksud. Dalam benak saya tetiba muncul sebuah kalimat tanya, “Apakah selama ini kita ngajar merasa tidak merdeka? Apa makna meredeka yang diinginkan dalam belajar?
Setidaknya dua kaiamat itu yang tiba-tiba ada dalam benak saya. Sekali lagi, walau mungkin dalam konteks pehaman yang berbeda. Dan pada kesempatan kali in., saya ingin membagi makna meredeka belajar yang saya pahami.
Takaran makna merdeka mungkin bagi setiap orang juga kan relatif. Tergantung dari sudut pandang dan persepsi mana yang digunakan. Sejauh ini, saya...memahami makna merdeka belajar dari kesejahteraan guru.
Mungkin apa yang saya ungkapkan barusan diatas terkesan dangkal, sempit dan ntah mungkin akan ada sejuta istilah serupa yang intinya tidak sama dengan apa yang saya maksudkan.
Merdeka yang saya maksudkan disini memang cukup dangkal. Tidak salah bagi yang mungkin menjudge seperti itu. Merdeka yang saya maksud baru sejauh urusan perut. Bagaimana seorang guru akan merasa merdeka dalam belajar, sedangkan untuk urusan perut saja masih menjadi hal terbesar yang ia pikirkan.
Terutama bagi para guru yang masih berstatus sebagai honorer. Tentu saya tidak akan membahas persoalan secara terperinci tentang jumlahan yang diterima. Sudah menjadi rahasia umum, kalau pendapatan seorang guru, terutama guru honorer itu tidaklah besar (baca : layak). Bahkan anak kecil sekalpin sudah paham akan hal ini. Maka tak jarang kalau ada yang ditanya apakah ada yang mau jadi guru, serentak menjawab tidak. Lagi-lagi karena alasan finasial.
Naif..sempit..dangkal...apa yang saya paparkan. Mungkin sebagaian akan berpendapat seperti itu. Namun itulah yang saya maknai dari makna merdeka. Guru-guru belum merasa merdeka belajar, masih terbelunggu dalam urusan dapur yang masih terus dipertanyakan aktifitas ngebulnya asap dapur.
Tapi apapun kondisi yang ada saat ini, yang saya amati tetap saja guru-guru selalu penuh semangat dalam mengajar. Tentu saja ini dedikasi yang luar biasa bukan. Jangan buru-buru menjudge naif dan sebagainya. Apalagi jika kita tak berada dalam posisi mereka.
Makna merdeka belajar yang dimiliki oleh setiap orang boleh beragam kan. Tergantung dari sudut pandang dan persepsi yang digunakan. Bukankah kita boleh sepakat untuk tidak sepakat? Dan jangan pula katakan, siapa suruh jadi guru? Yuk, sama-sama belajar...

3 komentar:

Belajar Menjadi Pribadi Yang Lebih Baik

#KMP3 Ramadhan baru saja usai. Seiring gema takbir yang berkumandang. Nuansa bahagia menyambut hari yang fitri. Berbagai penganan pun dihi...