#RWCODOP2020
#OneDayOnePost
#RWCDay10
#Ramadhan2020
Jangan mudah menilai. Jangan mudah menyimpulkan, jika tak tahu persis apa yang sebenarnya terjadi. Menyimpulkan makan gaji buta. Menyimpulkan hanya jadi manusia rebahan. Menyimpulkan hanya jadi penghuni setia kasur, dan masih banyak istilah menusuk lainnya yang berkonotasi malas.
Kebijakan pemberlakuan masa belajar di rumah sebagai upaya untuk segera memutuskan mata rantai penyebaran sang virus. Namun apakah itu berarti kami para guru lantas berdiam diri di rumah dengan tidak melakukan hal apapun? Tentu tidak..
Kami masih terikat piket di sekolah. Masih pula mengurus anak-anak yang ternyata masih ada saja yang berulah diluar rumah. Masih juga menyebut manusia rebahan kasur? Semua yang kami lakukan, toh tidak harus kami koar-koarkan di media sosial. Karena kami menganggap, mau bekerja dari rumah ataupun sekolah adalah tetap menjadi kewajiban kami untuk memberikaan layanan pendidikan bagi para siswa.
Bahkan jika kami ingat-ingat kemabli selama masuk dua bulan terakhir ini, jam kerja kami jauh lebih banayak dari hari biasa. Tak kami pungkiri memang suasana kerja dari rumah memang terasa lebih santai. Bahkan itu tadi, ibaratnya sambil rebahan di kasurpun bisa. Tapi apakah semua guru akan berpendapat yang sama?
Tentu tidak. Terutama bagi ibu-ibu guru yang masih punya anak balita. Kehebohan dan keriweuhan bekerja dari rumah pasti akan sangat terasa. Belum lagi biaya yang harus kami keluarkan. Anggaran untuk membeli kuota untuk berselancar tidak bisa terbilang murah. Bahkan jika harus kami kalkulasikan dengan biaya bensin, masih jauh lebih murah biaya pembelian bensin.
Jadi, berhentilah untuk mengatakan kami para guru makan gaji buta. Hanya jadi manusia rebahan di kasur. Tidak seperti itu ya...selain tetap mengajar secara maya banyak aktifitas lain yang kami lakukan. Saya pun tetap sebagai ratu dapur, menaman jamur, dan tak lupa berjemur pagi tuk menjaga sistem imun tubuh mengingat umur yang tak lagi belia...Apa cerita anda hari ini?

setuju
BalasHapus